1.06.2011

judul 2

Penatnya tugas dan kesibukan kampus tak jua kunjung usai,
Lelah terkadang,
namun wujudmu yang tiba mampu menyegarkan ruh ku
Ketika aku tak mampu menemukan jawaban itu,

kamu hey kamu yang ada di ujung sana,
hey kamu yang berpakaian seadanya
dengan wajah yang tanpa rupa dunia
dengan luka-luka bekas cerita masa remaja
dalam sekejap mampu memuaskan jiwa

sejenak takjub, lalu kembali buntu
sejak lahirkah aku ditakdirkan untuk mengagumimu
bahkan sejak aku belum bertemu denganmu
hadirmu itu dapat kurasa bermil-mil jauhnya

Ini bukan puisi cinta, bukan pula tentang romantisme jiwa muda
Kadang aku nyaris tak habis pikir,
bagaimana bisa sebuah pesan pendek sang pujaan hati
mampu menyuntikkan beribu-ribu spirit untuk merangkai sebuah paper nan apik?


Sebuah tempat,
kala minggu tenang, 5 Januari 2011
-nta-

judul

Sampai kapan kita akan terus berseteru, sayangku...

Adakah waktu kita habiskan untuk berdamai

Lelah aku dengan dentuman bom amarahmu

Yang meledak-ledak tak henti di pikiranku

Sisa-sisanya merobek dan mengoyak batin

Buang bara itu jauh,

Lepaskan...

Lantas kau akan sakit..

Sayangku.....

Kita memang begitu berbeda dalam segalanya

Sebab itulah kita dijadikanNya bersama.

11.09.2010

Story - 02


Saya tengah terduduk di sebuah kursi dikelilingi puluhan kursi kosong lainnya. Sedangkan orang-orang yang sebelumnya menempatinya telah beranjak pergi dengan pikiran mereka masing-masing. Saya merasakan sedikit kelegaan walau hanya sesaat. Kadang bosan dan penat ditengah derasnya manusia-manusia yang mengelilingi kita. Tak selamanya sendiri itu sepi. Saya menjejakan kaki keluar ruang seminar, pikiran saya lelah, fisik pun tak mau kalah. Seandainya saja saya orang beruang, pasti tak segan-segan saya mencari lokasi spa mewah di kota ini. Apa boleh buat, tak ada pilihan lain kecuali pulang dan istirahat di kos-kosan. Belum juga sampai pintu keluar, saya sudah dicegat seorang teman kelompok saya untuk diajak berdiskusi tentang tugas yang harus dikonsultasikan esok hari. Tanpa basa-basi saya mengatakan bahwa saya yang akan bertanggungjawab untuk membereskan tugas itu besok. Sebenarnya bukan karena saya memang memiliki tanggungjawab besar atas pekerjaan kelompok saya, tapi lebih lebih karena saya malas berdiskusi panjang lebar dengan teman saya ini. Belum ada lima langkah saya bergerak, saya sudah dicegat kembali dengan teman-teman dari kelompok tugas mata kuliah lain, mereka meminta saran pada saya tentang isu yang akan dikupas dalam essay untuk pekan depan, temanya “XXX”. Oke. Saya kembali menghentikan langkah ini, dan mulai bergabung dengan mereka. Lebih banyak ide yang saya cetuskan disini, entah mengapa saya begitu antusias dengan tugas mata kuliah satu ini dibanding dengan tugas-tugas lainnya. Singkatnya isu yang akan kami angkat sudah kami putuskan bersama, tinggal melapor pada tutor dan yang lebih penting adalah pulang ke kos (saat itu juga). Maaf saya sedang ingin sendiri. Kadangkala pertemuan yang intens justru memercikan konflik, bagai api dalam sekam, begitu kata pepatah. Saya hanya ingin berusaha mengingat dan merenungkan setiap pembelajaran dari episode hidupku sepanjang hari yang diberikan oleh Allah. Allah yang baik, yang tak pernah merancangkan kejahatan bagi manusia.

Story - 01



Aku telah mencapai pada satu hari yang sudah lama ku ketahui.
Pagi yang menjelangku cerah, berubah kelu.
Penggalan lalu yang sarat akan misteri,
tak pernah aku takut menghadapinya.
Hingga kegelisahan yang mencekam,
menjadi momok mengerikan bagi malamku.
Kegelisahan akan penggalan-penggalan lalu...
Tak akan pernah menjadi gambaran apik yang terukir dalam sebuah kisah.

Dingin udara pagi menyisir lembut rambut-rambut tipis yang menghiasi lenganku, ketika ku bergayut lemah di punggungmu.
Tak ada rasa lain kecuali, bahagia.
Tak ada kekhawatiran lainnya, kecuali
khawatir tak dapat lagi berada di bawah langit ini bersama.
Membayangkan ketika sisa usia ini kuhabiskan untukmu,
denganmu.
Tak ada jumpa yang abadi,
Karena akhirnya waktu yang akan menjawab entah kini atau kemudian hari.
Aku menjadi seolah tak mengenali diriku sendiri secara utuh setelah harapanku dihempas angin.
Bukankah setiap orang tak pernah yakin tentang dirinya ?
sebagian fisika berbicara, bahwa refleksi kaca dua dimensi memiliki keterbatasan informasi,
sebagian karena terlalu narsis memuji diri sendiri, dan sebagian lagi karena tak mampu menerima kenyataan bahwa diri kita tak jauh lebih baik dari apa yang selama ini kita pikirkan.
Hidup tak ada yang selamanya bahagia, karena hidup adalah penderitaan, begitu kata Budha.

9.05.2010

Berharga di MataMu












DAN BILA MALAMKU GELAP TAK BERBINTANG
HANYA ENGKAULAH PELITAKU MENERANGI JALANKU

WALAU ‘KU TERJATUH HILANG DAN TERSESAT
NAMUN TETAP KAU MEMANDANGKU BERHARGA DI MATA-MU

MAKA JIWAKU MENYEMBAH KAU PENEBUS MULIA
DARAH ANAK DOMBA KUDUS DAN PERKASA
MAKA JIWAKU MENYEMBAH KAU PENEBUS MULIA
DARAH YANG TERCURAH BUKTI KASIH TERMEGAH
JADIKANKU BERHARGA

WALAU ‘KU TERJATUH HILANG DAN TERSESAT
NAMUN SALIB-MU MEMANGGILKU KEMBALI KEPADA-MU


Berharga di MataMu-True Worshipper Youth

Berdiam Sejenak dan Menyimak


Kudengar mereka berkata-kata

“Ku persembahkan duniaku sekalipun untuk menjunjung idealisme!”

Mengobarkan semangat menggebu

Walau tak selamanya

Berangsur-angsur padam, lalu mendingin

Getir.

Kudengar mereka berkata-kata

Tentang penderitaan, tentang pengorbanan

Hingga kekecewaan

Meledaklah tangis mereka

Bentuk penyesalan merekakah?

Atau sekedar memperelok suasana

Aku sejenak berdiam menyimak

Mencoba mencerna setiap rasa

Lelucon macam apa ini!!

7.04.2010

seorang anak dengan ingatan yang buruk

Banyak dari kita yang menjalani kehidupan ini dengan sebuah keyakinan bahwa kita tidak memiliki ingatan yang baik. Sudah berapa kali Anda mendengar komentar atau kalimat : “Sayang, apakah kamu melihat kunci motorku? Aku tidak ingat di mana meletakkannya.” Dan sudah berapa kali Anda bertemu dengan teman anda di jalan, dan Anda tidak bisa mengingat namanya? Pernahkah Anda berpikir Anda menjadi subyek bagi kondisi-kondisi berikut ini ?

ü Saya memiliki kesulitan dalam mengingat jalan yang pernah saya lewati.

ü Saya punya rentang konsentrasi yang sangat pendek.

ü Saya sangat buruk dalam mengingat nama.

ü Saya mudah sekali bosan.

ü Saya sangat sulit mengingat jadwal saya esok, bahkan hari ini.

ü Saya sering lupa dimana saya meletakkan motor saya.

ü Saya sangat teledor dalam meletakkan barang-barang saya. (kunci, helm, stnk, dompet, flash disk, hape, tas, buku)

ü Saya sering dianggap seorang yang mudah ingkar janji, padahal itu karena saya benar-benar lupa dengan janji yang saya buat.

Jangan khawatir : Kita semua merasakan setidaknya dari hal-hal tersebut. Perkembangan penggunaan catatan (notebook) sepanjang dekade yang lalu, telah menjadi bukti betapa kita ingin sekali menyelesaikan sesuatu, dan tanpa catatan tersebut barangkali kita akan lupa begitu saja. Bill Cosby, seorang komedian terkenal, seringkali menggambarkan bahwa “Ingatan ada dalam Teori Mundur”. Ia mengatakan bahwa ia seringkali memasuki sebuah ruangan dan lupa dengan tujuan awal untuk apa ia berada di sana. Ketika hal tersebut terjadi, ia segera kembali menuju ruang yang telah ia tinggalkan, duduk sebentar, dan biasanya, ia akan kembali teringat dengan apa yang ingin ia lakukan dalam ruangan yang satu tadi. (Hagwood 2009 :31)

Saya tidak pernah ingat kapan saya mulai tidak bisa mengingat banyak hal dengan baik. Saya tidak suka jika saya dikategorikan sebagai seseorang dengan kualifikasi ingatan yang buruk. Awalnya saya tidak pernah mempedulikan hal ini karena saya rasa masih banyak orang-orang di dekat saya yang selalu mengingatkan saya jika “penyakit” saya kembali menyerang saya. Saya cukup lemah dalam hal menghapal, itu menjadi alasan mengapa saya tidak tertarik dengan jurusan social, karena saya berpikir bahwa dalam ilmu sosial saya akan membutuhkan lebih banyak space dalam otak saya untuk hapalan. Saya benar-benar berjuang menghadapi pelajaran Sejarah dan PKn selama duduk di bangku SMA. Setiap tiba masa ulangan, saya selalu menghabiskan waktu hingga larut malam hanya sekedar berusaha menanam informasi di otak saya (mengingat nama-nama pahlawan, kota, dan tanggal). Dan, saya tidak pernah lupa dengan tatapan menertawakan dari guru saya ketika membagi kertas ulangan saya, “PKn lebih sulit dari Fisika dan Matematika ya?”. Angka 6 tercetak di secarik kertas itu. Saya pernah mengalami kecemasan ketika saya menonton sebuah film yang mengisahkan tentang seorang wanita (27tahun) harus mati di usia mudanya karena mengidap penyakit Alzheimer (sejenis penyakit pikun, karena gumpalan protein tak lazim yang menyumbat urat nadi di otak) dimana kematian secara mental akan terjadi sebelum kematian secara fisik. Dari sekedar lupa dimana meletakkan kunci motor hingga lupa siapa diri kita dan orang-orang yang kita sayangi. Benar-benar akan sangat menyiksa. Teman-teman yang dekat dengan saya adalah orang-orang yang sering saya kecewakan karena saya sering tidak ingat bahwa hari itu saya harus membawakan buku atau flash disk yang saya pinjam untuk saya kembalikan dan masih banyak hal lain. Jauh di lubuk hati saya, saya tidak pernah berniat melakukan hal itu. Saya merasakan penyesalan yang teramat dalam ketika saya melupakan hal-hal yang seharusnya penting dalam hidup saya. Ibu saya orang yang paling memahami kelemahan saya, sehingga dalam mempersiapkan segala yang penting bagi saya, beliau tidak pernah lelah dalam mengulang, mengulang, dan mengulang kembali apa yang harus saya persiapkan. Saat ini Tuhan malah menempatkan saya di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, yang merupakan tempat yang sungguh-sungguh saya hindari sebelumnya. Mungkin ini bagian dari skenarioNya dalam terapi penyembuhan “penyakit” saya. Saya percaya bahwa ketika saya mau berusaha dan berlatih, saya akan berhasil mengingat segala hal yang mempengaruhi laju kehidupan saya dengan lebih baik.[]